Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi
mediadakwah.id

Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi

Oleh: Nur Arifah dan Alfian Gufron

Islamadina.org – Moderasi beragama adalah pendekatan yang menekankan keseimbangan, toleransi, dan sikap inklusif dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama. Penerapan moderasi beragama di lingkungan Perguruan Tinggi, menjadi krusial untuk mencegah penyebaran paham radikalisme dan ekstremisme yang dapat mengancam kerukunan serta persatuan bangsa.

Pentingnya Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi berperan sebagai wadah pembentukan karakter dan pemikiran kritis bagi mahasiswa. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kampus umum lebih rentan terhadap infiltrasi paham radikal dibandingkan dengan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN). Hal ini terutama terjadi pada program studi umum seperti kedokteran dan sains, di mana pemahaman agama mahasiswa cenderung masih dangkal dan hitam-putih. Selain itu, data menunjukkan bahwa paham radikalisme lebih banyak berkembang di kementerian-kementerian di luar Kementerian Agama. Oleh karena itu, upaya memerangi radikalisme sebaiknya dimulai dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta kementerian lainnya, bukan hanya melalui Kementerian Agama.

Implementasi Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi

Beberapa PTKIN di Jawa Timur, seperti Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, dan Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq Jember, telah mengimplementasikan nilai-nilai moderasi yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits. Mereka mengedepankan prinsip musyawarah, keadilan, kebebasan, hak asasi manusia, toleransi, keterbukaan, dialog, serta menghindari sikap fanatisme yang berlebihan. Selain itu, mereka menerapkan prinsip kemudahan dalam beragama, keseimbangan, dan bersikap pluralistik serta konsultatif untuk menciptakan stabilitas.

Namun, implementasi moderasi beragama di Perguruan Tinggi tidak selalu seragam. Terdapat perbedaan sikap di kalangan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) terhadap kebijakan moderasi beragama yang ditetapkan oleh Kementerian Agama. Beberapa PTKI memilih model mata kuliah tersendiri (isolated subject), sementara yang lain mengintegrasikan moderasi beragama ke dalam mata kuliah yang sudah ada (integrated subject). Perbedaan ini dipengaruhi oleh kondisi sosio-kultural, visi-misi, dan kurikulum yang diterapkan di masing-masing Perguruan Tinggi.

Strategi Penguatan Moderasi Beragama

Untuk memperkuat moderasi beragama di Perguruan Tinggi, diperlukan beberapa strategi, antara lain:

  1. Integrasi Kurikulum: Mengintegrasikan nilai-nilai moderasi beragama ke dalam mata kuliah yang relevan, sehingga mahasiswa dapat memahami dan mengamalkan sikap moderat dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Pelatihan dan Workshop: Menyelenggarakan pelatihan, workshop, dan seminar yang bertujuan meningkatkan pemahaman dosen dan mahasiswa tentang pentingnya moderasi beragama.
  3. Penguatan Kelembagaan: Membentuk pusat studi atau unit khusus yang fokus pada pengembangan moderasi beragama di lingkungan kampus.
  4. Kegiatan Ekstrakurikuler: Mendorong kegiatan mahasiswa yang mempromosikan toleransi, dialog antaragama, dan penghargaan terhadap keberagaman.

Tantangan dalam Menerapkan Moderasi Beragama

  1. Beberapa tantangan dalam penerapan moderasi beragama di Perguruan Tinggi meliputi:
  2. Radikalisme: Penyebaran paham radikal di kalangan mahasiswa masih menjadi ancaman serius.
  3. Kurangnya Pemahaman: Minimnya pemahaman tentang moderasi beragama dapat menyebabkan kesalahpahaman dan konflik.
  4. Media Sosial: Penyebaran hoaks dan ujaran kebencian melalui media sosial dapat memperkeruh hubungan antar agama.

Moderasi beragama di Perguruan Tinggi adalah fondasi penting dalam membangun masyarakat yang toleran dan harmonis. Perguruan Tinggi sebagai agen perubahan harus proaktif dalam menyebarkan nilai-nilai moderasi agar tercipta lingkungan yang damai dan sejahtera.

Nur Arifah dan Alfian Gufron. Mahasiswa STEI Minak Selebah Lampung Timur

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *