Agnostik atau agnostisisme merupakan kepercayaan yang menyatakan bahwa sifat dan eksistensi Tuhan tidak dapat diketahui, dan secara inheren tidak dapat diketahui karena sifat pengalaman kita bersifat subjektif. Agnostik merupakan kelompok yang ragu atas keberadaan Tuhan, bahkan percaya bahwa seseorang tidak dapat menentukan apakah Tuhan itu ada atau tidak. Pengikut agnostik memiliki pendapat, mengetahui Tuhan ada atau tidak bukanlah sesuatu yang penting.
Agnostik menjadi isu yang menarik perhatian di Indonesia sebagai negara yang mayoritas menganut agama Islam. Indonesia turut menghadapi tantangan dalam mempertahankan stabilitas keyakinan agama di tengah kemajuan teknologi, globalisasi dan pergeseran sosial budaya. Salah satu tantangan yang muncul adalah meningkatnya jumlah individu yang mengidentivikasi dirinya sebagai agnostik.
Berdasarkan data survei terhadap orang dewasa yang dilakukan Pew Research Center pada tanggal 31-6 Agustus 2023, masyarakat Amerika menila diri mereka 17 % mengaku tidak beragama (atheis), 20 % agnostik (agnostic), dan 63 % memilih tidak ada yang khusus (nothing in particular). Rata-rata ateis dan agnostik memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi daripada warga Amerika yang berafiliasi dengan agama tertentu. Sebaliknya orang yang menggambarkan keyakinan mereka dengan “nothing in particular” cenderung memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah daripada warga Amerika yang terafiliasi dengan agama tertentu.
Sedangkan di Indonesia, berdasarakan informasi dari tirto.id sebanyak 1.757 orang Indonesia telah mendaftarkan diri ke atheiscencus.com yang dikelola oleh Aliansi Ateis Internasional, dan dari jumlah tersebut 20,3 % adalah penganut agnostik. Fenomena ini semakin berkembang seiring dengan semakin mudahnya mengakses informasi melalui internet, di mana diskursus mengenai agama, filsafat, dan kepercayaan dapat diperoleh dengan cepat. Kecenderungan pada agnostik bermula dari pandangan bahwa agama tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan eksistensial dan ilmiah yang mereka hadapi. Oleh karena itu, penting bagi agama Islam untuk memberikan jawaban yang rasional dan relevan untuk menanggulangi fenomena ini.
Peran Islam Menanggulangi Fenomena Agnostik
- Pendidikan Agama yang Rasional dan Kontekstual
Pendidikan agama memiliki peran penting dalam menanggulangi fenomena agnostik. Dalam Islam, akal dan ilmu pengetahuan sangat dihargai dan bisa berjalan seiring. Dalam banyak tempat, Al-Qur’an mendorong umat manusia merenungkan ciptaan Allah dan menggunakan akal untuk memahami alam semesta dan kehidupan. Pendidikan agama yang berbasis pada pemahaman rasional, ilmiah dan tidak hanya terbatas pada kajian teks tradisional, dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam bagi umat Islam untuk memahami bahwa agama dan ilmu pengetahuan tidak saling bertentangan, melainkan saling melengkapi. Kajian yang lebih kritis terhadap tafsir dan pemikiran-pemikiran filsafat Islam yang menghasilkan falsafatut tasyri’ dapat memberikan perspektif baru yang memperlihatkan kedalaman ajaran Islam dan relevansinya dalam kehidupan modern.
- Menjawab Pertanyaan Eksistensial dengan Ajaran Islam
Salah satu alasan seseorang beralih ke agnostik adalah karena merasa kesulitan menemukan jawaban yang memadai terhadap pertanyaan-pertanyaan eksistensial, seperti keberadaan Tuhan, tujuan hidup, dan akhirat. Islam harus mampu memberikan jawaban yang jelas, memuaskan, dan bisa diterima akal. Dalam konteks ini diperlukan paham-paham teologis yang rasional melalui pendekatan aqliyah sebagai pendukung informasi wahyu.
- Praktik Ibadah untuk Menguatkan Spiritualitas
Praktik ibadah dalam Islam, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, merupakan cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan penghayatan dapat memperkuat spiritualitas seseorang, sekaligus memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Ibadah memiliki peran besar dalam membentuk kesadaran diri dan memperkuat hubungan dan kedekatan dengan Allah. Dengan melaksanakan ibadah yang benar dan penuh kesadaran, seseorang akan merasakan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupannya, yang pada gilirannya dapat menanggulangi keraguan terhadap Tuhan.
- Dakwah yang Inklusif dan Humanis
Dakwah Islam perlu dilakukan dengan cara yang inklusif, tidak memaksa, dan berbasis pada dialog yang konstruktif. Islam mengajarkan untuk berdialog dengan hikmah, memberikan nasihat yang baik, dan berbicara dengan cara yang terbaik. Pendekatan dakwah yang tidak hanya memaksakan keyakinan, tetapi membuka ruang untuk diskusi yang sehat, dapat membantu mereka yang meragukan agama untuk memahami kebenaran dengan cara yang lebih terbuka dan bijaksana. Dakwah yang humanis akan membangun kedekatan emosional dan intelektual dengan audiens, sehingga mereka dapat memahami ajaran Islam secara mendalam tanpa merasa dihakimi atau dipaksa untuk menerima pandangan tertentu
- Pemanfaatan Teknologi untuk Edukasi Agama
Di era digital ini, penggunaan teknologi dan media sosial dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan pemahaman yang benar tentang agama Islam. Banyak tokoh agama dan ustaz yang aktif memberikan ceramah dan penjelasan melalui platform digital, seperti YouTube, Instagram, dan podcast. Melalui media sosial, pesan-pesan Islam yang rasional dan moderat dapat dijangkau oleh lebih banyak orang, termasuk mereka yang mungkin tidak memiliki akses ke majelis ilmu tradisional.
Pemanfaatan media sosial juga memungkinkan dialog terbuka dan diskusi yang lebih luas tentang berbagai masalah agama, termasuk keraguan terhadap eksistensi Tuhan. Dengan cara ini, Islam dapat menjawab keraguan yang muncul di kalangan mereka yang cenderung agnostik dan memberikan alternatif yang lebih positif terhadap pandangan dunia yang lebih sekuler.
Fenomena agnostik di Indonesia, meskipun tidak terlalu besar, merupakan tantangan yang perlu dihadapi dengan serius. Islam, dengan ajaran-ajarannya yang rasional, moderat, dan inklusif, memiliki peran yang sangat penting dalam menanggulangi fenomena ini.
Alhamdulillah, masya Allah, dulu waktu kecil sering baget lihat film2 Holywood yang mayoritas ceritanya tentang kehebatan manusia dengan berbagai teknologi yang diciptakan oleh orang2 Amerika. Secara tidak sadar alur cerita dari film2 tersebut mengalir dalam fikiran sehingga yang saya kagumi waktu itu adalah kehebetan2 mereka. Dan disela film2 tersebut sering kali melibatkan keagungan Tuhan selain Allah yang juga tidak saya sadari hal2 tersebut lambat laun menimbulkan banyak pertanyaan dihhati saya tentang kebenaran islam. Namun Alhamdulillah setelah mondok dan banyak belajar dari gus Makhdum dan Abah serta asatid ppmh saya jadi lebih mantab dalam menganut islam. Matur nembah nuwun gus Makhdum dan Abah yai yusuf. Mugi2 ilmu yang selalu diajarkan oleh beliau2 selalu menjadi ilmu yang bermanfaat bagi para santri serta masyarakat. Amiin ya mujibas sailin.