Ketegangan antara PBNU dan PKB belum juga reda, kemelut ini dianggap oleh berbagai pihak sudah sangat berlarut-latur, malahan makin panas dan belum menemui titik terang yang berarti.
Kendati sudah ada pertemuan para Kiai di Jombang beberapa waktu lalu untuk membahas situasi genting antara hubungan PBNU dan PKB, di mana dalam pertemuan ini menghasilkan dua kesepakatan, namun belum juga berdampak terhadap panasnya hubungan kedua lembaga tersebut.
Dalam konteks ini, PBNU sendiri sebenarnya telah melakukan berbagai upaya untuk menjalin komunikasi kelembagaan dengan pihak PKB yang tujuannya untuk mengakhiri polemik. Meskipun usaha-usaha komunikatif yang dilakukan oleh pihak PBNU belum membuahkan hasil, mahalan ada semacam penolakan dari pihak PKB.
Pihak PKB pun juga tidak mau mengalah, artinya, mereka sangat kekeh dengan pendiriannya. Merasa mampu berdiri sendiri tanpa PBNU, dan secara terang-terangan mengaku tidak butuh siapapun, itu artinya PKB sudah tidak menganggap pentingnya kehadiran NU di dalamnya.
Mengenai hal ini, Ketum PBNU, Gus Yahya telah mengintruksikan kepada seluruh pengurus wilayah NU se-Indonesia agar bahu-membahu dan saling gerak bersama untuk membenahi PKB. Mengingat, kader-kader PKB banyak juga yang merupakan kader NU.
Mengutip sumber Kompas.com, pada Rabu (14/8/2024), telah dilakukan rapat antara PBNU dengan PWNU dan PCNU se-Indonesia, dalam rapat secara virtual tersebut, Gus Yahya menyampaikan, “Sekarang saya minta kepada bapak-bapak semua jajaran pengurus di PW dan PC, untuk membantu juga berkomunikasi dengan pimpinan-pimpinan PKB setempat. PWNU bicara dengan DPW PKB, PCNU dengan DPC PKB”.
Dalam arahannya, Gus Yahya meminta agar PWNU dan PCNU se-Indonesia menyampaikan aspirasi PBNU untuk membenahi PKB yang dinilai melenceng dari cita-cita pendiriannya. Lebih lanjut Gus Yahya menyampaikan, “Kita minta kepada PKB untuk berubah dan kembali kepada rancangan awal rancangan semula dibuatkan oleh jam’iyah NU untuk PKB”.
Gus Yahya mengatakan, pembenahan PKB oleh PBNU merupakan sebuah tanggung jawab layaknya orang tua kepada anaknya. Hal ini benar mengingat PKB adalah partai yang didirikan oleh NU, tanpa NU, PKB tidak mungkin ada. Sehingga secara ideologi dan kultur, PKB mewarisi semuanya dari NU. Kader-kader PKB se-Indonesia pun kebanyakan dari kalangan NU.
Konflik antara PBNU dan PKB dimulai sejak dibentuknya Panitia Khusus Hak Angket DPR-RI terkait penyelenggaraan Haji 2024. Meskipun akar-akar konflik PBNU dan PKB bisa juga dilacak pada peristiwa-peristiwa di masa lalu, tetapi melalui pembentukan Pansus Haji itu seolah konflik PBNU dan PKB mencapai puncaknya dan terus bergulir hingga sekarang.
Bila merujuk pada instruksi yang disampaikan oleh Ketum PBNU, tentu tidak mudah menjalin komunikasi, lebih-lebih secara bersama-sama membenahi PKB. Mengingat, dari level PBNU pun sangat susah menjalin komunikasi dengan elit-elit PKB, apalagi di level bawah.
Boleh jadi, upaya penting yang bisa dilakukan untuk melerai konflik ini adalah melalui para kiai NU sendiri. Kiai-kiai NU adalah para ulama yang sangat karismatik dan sangat dihormati, baik oleh kalangan NU maupun PKB. Keberadaan kiai tentu saja sangat penting, sehingga beliau-beliau bisa menjadi jembatan penghubung antara PBNU dan PKB.
Hanya saja, bagaimana persisnya cara menjembataninya masih harus dipikirkan. Intinya, kedua lembaga besar ini harus bisa duduk bersama, bicara dari hati ke hati. Tanpa itu, sulit bagi kedua lembaga ini akan rujuk kembali, dan berpotensi akan terus renggang.
Sumber. Kompas
Islamadina.org – News
Editor: Rohmatul Izad

