Harta dan Kesuksesan Seorang Muslim
megasyariah.co.id

Harta dan Kesuksesan Seorang Muslim

Al-Mawardi dalam Adab ad-Dunya wa ad-Dien mengutip salah satu pendapat, bahwa kaya lebih baik dari pada miskin karena orang yang kaya berarti berdaya, dan miskin sama dengan tidak berdaya. Islam lebih senang memiliki umat yang berdaya dari pada umat yang tidak berdaya.

Selain itu, karena orang kaya akan memberikan banyak manfaat untuk memajukan agama dengan hartanya. Walaupun dalam Imam Turmudzi Rasulullah menyampaikan:

 يَدْخُلُ فُقَرَاءُ الْمُسْلِمِينَ الْجَنَّةَ قَبْلَ أَغْنِيَائِهِمْ بِنِصْفِ يَوْمٍ وَهُوَ خَمْسُمِائَةِ عَامٍ

Orang-orang fakir dari golongan mulimin akan masuk urga sebelum orang-oang kaya berjarak setengah hari (akhirat), yaitu lima ratus tahun (dunia)”.

Hadis ini tidak menunjukkan keutamaan orang miskin mengalahkan orang kaya, akan tetapi hanya menunjukkan bahwa orang miskin masuk surga terlebih dahulu dibandingkan orang-orang kaya, karena wajar, orang-orang kaya harus menjalani proses audit yang panjang sementara orang-orang miskin tidak. Namun setelah masuk surga banyak dari orang-orang kaya yang derajatnya lebih tinggi dari pada orang miskin.

Kalimat di atas, sama saja dengan kalimat kita, orang yang menyelesaikan jenjang SMA lebih dahulu selesai dibading yang menempuh Strata 3, karena wajar, proses untuk sampai pada S3 waktunya cukup panjang. Namun setelah selesai pendidikan, tentunya sarjana S3 tidak sama dengan alumnus SMA.

Dalam riwayat Ibnu Majah, hadis tersebut menggunakan redaksi:

يَدْخُلُ فُقَرَاءُ الْمُؤْمِنِينَ الْجَنَّةَ قَبْلَ الأَغْنِيَاءِ بِنِصْفِ يَوْمٍ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ

Orang-orang fakir dari kalangan mukminin akan masuk surga sebelum orang-orang kaya, berjarak setengah hari (akhirat), yaitu lima ratus tahun (dunia)”.

Ketika Imam Abu Hanifah ditanya tentang maksud hadis tersebut beliau mengatakan: yang dimaksud dalam hadis tersebut adalah orang-orang kaya dari golongan non-Muslim, karena orang-orang kaya dari umat Islam banyak yang memiliki kekayaan dan kepribadian istimewa seperti Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf.

Harta sangat dibutuhkan untuk membumikan ide-ide Islam, memperjuangkan kebangkitan peradaban Islam, memperjuangkan pendidikan dan kesejahteraan umat Islam. Harta akan mampu merubah banyak hal termasuk dalam usaha perjuangan membumikan nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Al-Qur’an surat at-Taubah: 41: “Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”

Selain ayat di atas, Sufyan ast-Tsauri (96-161 H.) sebagaimana dikutip Ibnu Abi ad-Dunya mengatakan:

المالُ في هذا الزمانِ سِلَاحُ المؤمِنِ

Harta di zaman ini adalah senjata bagi orang yang beriman”.

Menurut Thomas J. Stanley, dalam bukunya The Millionaire Mind, menyebutkan ada top five factors yang menjadi kunci kesuksesan ekonomi. Kelima faktor kesuksesan tersebut apabila dilihat menggunakan perspektif Islam, memiliki relefansi yang erat dengan nilai-nilai keislaman. Kelima faktor tersebut adalah:  

  1. Kejujuran/Integrity

Integritas dalam bahasa Arab disebut dengan shiddiq. Islam melarang melakukan praktik-praktik yang merugikan orang lain, termasuk dalam bidang ekonomi, seorang muslim tidak boleh melakukan bisnis yang mengandung unsur MAGHRIB (maisir, gharar, haram dan riba). Kejujuran akan meningkatkan trust atau kepercayaan orang lain terhadap kita.

  1. Disiplin/Discipline

Disiplin memiliki keterkaitan erat dengan manajemen waktu dan konsistensi terhadap langkah-langkah untuk mencapai tujuan atau visi ke depan, atau yang dalam bahasa Arab disebut dengan istiqomah. Dengan disiplin yang tinggi dan fokus terhadap target, maka pelan-pelan kita akan semakin dekat kepada kesuksesan. Selain disiplin, seorang muslim juga haru memiliki sifat sabar, ulet dan pantang menyerah. Setinggi apa pun cita-cita, pasti akan mampu diraih dengan kesabaran. Alhabib Abdullah bin Haddad mengatakan:

وَمَنْ أَسَّسَ جَمِيْعَ أُمُوْرِهِ عَلَى الصَّبْرِ الْجَمِيْلِ حَصَلَ عَلَى كُلِّ خَيْرٍ, وَوَصَلَ إِلَى كُلِّ مَأْمُوْلٍ, وَظَفِرَ بِكُلِّ مَطْلُوْبٍ

Siapa pun yang mendasarkan urusannya di atas kesabaran maka dia akan meraih semua kebaikan, akan menggapai harapan, dan akan mendapatkan semua yang dicari”.

  1. Mudah bergaul/Social Skills

Islam mengajarkan agar memiliki banyak teman. Kita harus menjadi orang yang mudah diajak bicara dan bertimbang rasa, selalu menerima masukan dan saran membangun dari orang lain. Melalui banyak pertemanan maka kita akan memiliki nerwork yang laus, bisa menumbuhkan ide kreatif, dan akan banyak yang membantu kesuksesan kita. Ibnu al-Mu’taz mengatakan:

مَنْ اتَّخَذَ إخْوَانًا كَانُوا لَهُ أَعْوَانًا

Siapa saja yang bersedia berteman, maka akan banyak yang membantunya”.

Nabi Dawud pernah berpesan kepada putranya, Sulaiman:

ولا تَسْتَقِلَّنَّ أن يكون لك عدوٌ واحدٌ، ولا تستكثرنّ أن يكون لك ألفُ صديقٍ

Satu musuh jangan engakau anggap sedikit, dan seribu teman jangan engkau anggap banyak”.

  1. Dukungan Pasangan (Having a supportive spouse)

Seorang mukmin juga membutuhkan dukungan dan doa dari pasangan hidup, suami atau istri. Studi yang dilakukan Washington University menemukan bahwa, pasangan hidup yang saling mendukung mampu menciptakan hubungan yang harmoni, saling melengkapi kemampuan, dan mampu meningkatkan prestasi kerja, sehingga peluang untuk mencapai kesuksesan akan terbuka lebar.

Bahkan, selain dukungan dari pasangan hidup, seorang mukmin juga membutuhkan dukungan dan do’a dari kedua orang tua. Doa kedua orang tua akan membuat semua urusan menjadi mudah dan semua cita-cita tercapai. Doa kedua orang tua akan melambungkan kita pada pencapaian yang sebelumnya tidak pernah kita bayangkan. Kekuatan doa kedua orang tua untuk anak-anaknya bagaikan doa para Nabi untuk para umatnya. Nabi Bersabda:

دعاءُ الوَالِدِ لِوَلَدِهِ كدُعاءِ النبىّ لأمّتِهِ

Doa orang tua untuk anaknya, seperti doa Nabi untuk ummatnya

Top Five Kunci kesuksesan yang terahir adalah:

  1. Kerja keras (Hard Work)

Bekerja dalam Islam disebut dengan al-kasb yang secara bahasa bermakna mencari penghasilan. Islam mendudukkan aktifitas bekerja untuk memenuhi kebutuhan adalah sebuah kewajiban. Kerja yang akan menghantarkan kita pada sebuah kesusesan adalah kerja keras dan berkualitas yang didorong oleh etos kerja yang tinggi. Islam memberi pesan tentang etos kerja melalui Rasulullah:

اعملْ لِدُنياك كأنَّكَ تَعِيشُ ابدًا واعملْ لآخِرَتِكَ كأنّك تموتُ غدًا

Beramallah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok hari”.

Dalam pribahasa Arab disebutkan:

ولا يَبْلُغُ الْحَاجَاتِ الا الْمُثَابِرُ

Tidak ada yang bisa memenuhi hajat hidupnya kecuali pekerja keras

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *