Mengenal Anggota Keluarga Abu Bakar As-Shiddiq
zakatsukses.org

Mengenal Anggota Keluarga Abu Bakar As-Shiddiq

Artikel kali akan membahas tentang keluarga Khalifah pertama, Abu Bakar as-Shiddiq r.a., yaitu orang tua, istri-istri dan anak-anak beliau.

Orang Tua Abu Bakar as-Shiddiq

Abu Bakar memiliki nama asli Abdullah. Ayahnya bernama Utsman (Abu Quhafah) bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim, bin Murrah bin Ka’ab bin Luaiy, bin Ghalib al-Qurasyi at-Taimi. Ayah Abu Bakar, Utsman bin Amir memeluk Islam pada saat penaklukan kota Makkah.

Ibnu Hajar al-Atsqalani dalam al-Ishabah fi Ma’rifati as-Sahabah menceritakan, ketika Rasulullah telah berhasil memasuki Masjidil Makah, kemudian Abu Bakar keluar dari masjid, sampai kemudian datang kembali dengan membawa ayahnya, dituntun menghadap Rasuluullah SAW.

Ketika Rasulullah melihat Abu Bakar, beliau kemudian bersabda, “Wahai Abu Bakar! Kenapa engkau tidak membiarkan seorang yang telah tua berada dalam rumahnya saja, sampai aku yang akan datang menemuainya”.

Abu Bakar menjawab, “Ayahku datang menemuimu, itu lebih pantas, wahai Rasulullah, dari pada engkau yang datang menemuinya”.

Rasulullah kemudian bersabda kepada Abu Quhafah, “Masuklah Islam, maka engkau akan selamat”.

Abu Quhafah kemudian memeluk Islam dan berbaiat kepada Rasulullah SAW.

Ibunda Abu Bakar adalah Salma bin Shakhr bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Salma terkenal dengan julukan Ummu al-Khair. Menurut Muhib ath-Thabari dalam ar-Riyadh an-Nadhrah, Salma telah masuk Islam bersama kelompok terdahulu di Dar al-Arqam bin Abi al-Arqam. Ia turut berbaiat keapada Nabi dan wafat dalam keadaan muslimah.

Istri dan Putra-Putri Abu Bakar as-Shiddiq

Qutailah binti al-Uzza

Abu Bakar menikahi dan menceraikan Qutailah pada masa jahiliyah. Setelah itu Abu Bakar masuk Islam, sedangkan Qutailah tetap pada kepercayaan sebelumnya, menganut politeis.

Dari rahim Qatilah, Abu Bakar memiliki dua orang putra, yaitu:

Abdullah r.a.

Abdullah menikah dengan Atikah binti Zaid bin Amr bin Naufal. Atikah adalah sepupu Umar yang sangat cantik, sehingga Abdullah sangat mencintainya.

Dikisahkan oleh ash-Shafadi dalam al-Wafi bil Wafiyyat, Abdullah turut hadir dalam pengepungan Thaif bersama Rasulullah, pada saat itu ia terluka oleh anak panah Abu Mihjan ats-Tsaqafi, dan meninggal pada tahun ke 11-H.

Asma’ yang berjuluk Dzatu an-Nithaqain.

Imam Bukhari dalam kitab Sahihnya menceritakan sebab Asma’ mendapatkan julukan tersebut. dikisahkan, pada saat Rasulullah akan hijrah ke Madinah bersama Abu Bakar, Asma’ mempersiapkan bekal perjalanan hijrah tersebut di rumah Abu Bakar. Pada saat itu, Asma’ tidak mendapatkan kain untuk mengikat bekal makanan dan minuman. Kemudian Asma’ bertanya kepada Abu Bakar, “Demi Alllah, aku tidak mendapatkan sesuatu untuk mengikat perbekalan tersebut kecuali kain ikat pinggangku”. Abu Bakar kemudian berkata, “Kalau begitu, robeklah ikat pinggangmu itu menjadi dua, yang satu potong untuk mengikat wadah air, dan potongan yang lain untuk mengikat bekal makanan”. Perintah Abu Bakar tersebut kemudian dilaksanakan oleh Asma’. Sebab itulah dia dijuluki dengan Dzatu an-Nithaqain (wanita yang memiliki dua ikat pinggang).

Imam Hakim menceritakan dalam Mustadraknya, Qutailah pernah mengunjungi Asma’ di Madinah dengan membawa hadiah berupa biawak, mentega dan susu kering, dan Qutailah masih dalam kepercayaan politeisnya. Asma’ kemudian menolak hadiah tersebut, dan menolak Qutailah masuk ke dalam rumahnya sebelum ia mengutus seseorang untuk meminta kepada Aisyah agar dia bertanya kepada Rasululah SAW. Rasul kemudian memerintahkan agar Asma’ menerima hadiah dari ibunya dan memasukkannya ke dalam rumah. Allah kemudian menurunkan ayat, “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu...” (QS. Al-Mumtahanah [60] : 08)

Asma’ menikah dengan Zubair bin Awwam, dan meninggal pada tahun 103 H.

Ummu Marwan binti Amir

Abu Bakar menikahi Ummu Marwan pada masa jahiliyah, dan dari rahim Ummu Marwan, Abu Bakar memiliki dua orang anak yaitu:

  1. Aisyah Ummul Mukminin yang menjadi istri Nabi Muhammad SAW dan meninggal pada tahun 58 H. Beliau adalah salah satu orang yang diberitakan akan masuk surga.
  2. Abdurrahman yang meninggal pada tahun 53 H.

Asma’ binti Umais

Sebelumnya Asma’ pernah menikah dengan Ja’far. Ketika Ja’far mati syahid, Asma’ dinikahi Abu Bakar, dan ketika Abu Bakar meninggal dunia, Asma’ dinikahii oleh Ali bin Abu Thalib.

Dari rahim Asma’, Abu Bakar memiliki satu putra, yaitu:

Muhammad yang dikemudian hari menjadi Gubernur Mesir pada masa kekhalifahan Ali bin Abu Thalib. Muhammad meninggal pada tahun 38 H.

Habibah binti Kharijah ibni al-Harits

Abu Bakar menikahi Habibah pada masa Islam, dan dari rahimnya Abu Bakar memiliki satu orang putra, yaitu:

Ummu Kultsum yang kemudian menjadi istri Thalhah bin Ubaidillah, salah seorang yang dikhabarkan akan menjadi penghuni surga.

Demikianlah keluarga shabat Abu Bakar, yang melahirkan anak, cucu dan keturunan yang semuanya menjadi orang penting dalam perkembangan Islam baik dalam bidang politik maupun keilmuan.

Semisal Asma’ Dzatun Nithaqain yang memiliki putra Abdullah (Ibnu Zubair) yang berhasil mendirikan kekhalifahan yang berbasis di Makkah sebagai pesaing dari kekhalifahan Umayyah dari tahun 683 sampai tahun kematiannya yautu tahun 692 M.

Misal yang lain adalah Muhammad (Gubernur Mesir) yang melahirkan al-Qashim yang kemudian menjadi fuqaha terkenal di Madinah. Qashim kemudian memiliki putri Ummu Farwah yang kemudian dinikahi oleh Muhammad al-Baqir bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib. Ummu Farwah kemudian melahirkan Ja’far as-Shadiq bin Muhammad al-Baqir yang menjadi ahli hukum Islam dan keluasan ilmu agamanya banyak diakui dalam buku-buku sejarah.

Jika murid-murid imam Abu Hanifah, seperti Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan, belajar kepada Abu Hanifah, kemudian imam Syafi’i berguru kepada Muhammad bin Hasan, dan Ahmad bin Hanbal belajar kepada as-Syafi’i, maka ilmu fiqih berpangkal pada Abu Hanifah. Kemudian Abu Hanifah belajar kepada Ja’far as-Shadiq bin Muhammad al-Baqir, maka Ja’far adalah pangkalnya pangkal fiqih.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *