Oleh: Abdul Aziz
Islamadina.org – Ritual Mahallul Qiyam yang sering dipraktikkan dalam berbagai peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, sejatinya adalah ungkapan rasa cinta dan penghormatan yang mendalam kepada sang Rasul. Ini bukanlah sekadar sebuah ritual kosong atau tradisi yang dilaksanakan tanpa makna. Sebaliknya, ia merupakan cara umat Islam untuk menghidupkan kembali ingatan akan perjuangan Nabi dalam menyebarkan Islam, menegakkan akhlak mulia, dan memberikan petunjuk hidup yang penuh rahmat bagi umat manusia.
Namun, seperti halnya banyak tradisi yang berkembang dalam kehidupan masyarakat, ada kecenderungan untuk mengurangi esensi sejatinya. Ritual Mahallul Qiyam, jika dilihat hanya sebagai seremoni, bisa terjebak dalam pemahaman yang dangkal. Dalam beberapa kalangan, tradisi ini bisa dipandang sebagai ajang untuk pamer kebanggaan diri atau bahkan sekadar untuk menunjukkan keberagamaan secara lahiriah. Padahal, esensi dari setiap perayaan atau ritual keagamaan bukanlah untuk membangga-banggakan diri atau merasa lebih suci daripada orang lain.
Bahkan lebih jauh, niat yang terkandung dalam setiap gerakan dan ucapan yang kita lakukan selama ritual haruslah murni karena Allah SWT, bukan untuk memamerkan ketakwaan atau mencari pengakuan dari manusia. Prinsip ini mengingatkan kita bahwa kemuliaan di sisi Allah tidak diukur dari banyaknya ritual atau seberapa khusyuk seseorang dalam menjalankannya, tetapi dari ketulusan hati dan keikhlasan dalam menjalankan ajaran Islam yang sejati.
Seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, keutamaan seseorang bukan ditentukan oleh penampilan luar atau banyaknya amal ibadah yang dilakukan, melainkan oleh niat yang tulus dan kesungguhan dalam menjalankan syariat. Oleh karena itu, Mahallul Qiyam bukanlah tentang mencari penghormatan, tetapi justru sebagai bentuk penghormatan tulus kepada Nabi Muhammad SAW dan sebagai pengingat bagi diri kita untuk terus berusaha meneladani akhlak dan perjuangannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pada akhirnya, Mahallul Qiyam adalah tradisi yang seharusnya membawa kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang cinta dan penghormatan kita kepada Rasulullah, yang dilandasi dengan niat yang benar dan tujuan yang luhur: untuk menjadi pribadi yang lebih baik, lebih dekat dengan Allah, dan lebih mencintai sesama. Karena pada hakikatnya, kemuliaan tidak datang dari ritual belaka, melainkan dari amal yang benar-benar ikhlas dan sesuai dengan ajaran yang diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW.
Abdul Aziz. Dosen UIN Raden Mas Said Solo