Alasan Kenapa Debat tentang Tuhan harus Dihindari
geotimes.id

Alasan Kenapa Debat tentang Tuhan harus Dihindari

Saya selaku umat beragama merasa perdebatan tentang apapun yang menyangkut iman, Tuhan, dan akidah, haruslah dihindari oleh segenap umat beriman atau oleh orang atheis sekalipun.

Alasannya, perdebatan itu disamping tidak berguna, juga terlalu memaksakan diri membahas hal-hal yang tiada ujung. Memahami sesuatu yang ada di luar jangkauan manusia bukan hanya tidak bermanfaat, tetapi juga akan berpotensi melukai hati orang lain.

Bayangkan saja, di dunia ini, dari dulu hingga sekarang, ada ribuan bahkan puluhan ribu keyakinan yang lahir dari peradaban manusia. Semua keyakinan itu, umumnya memiliki konsep tersendiri tentang Tuhan, bila tuhan-tuhan di semua agama diperdebatkan, maka kita berpotensi makin mengaburkan potensi kebenaran Tuhan di masing-masing agama.

Dasar utama kenapa perdebatan tentang Tuhan menjadi tidak perlu karena memang pengetahuan manusia terbatas pada hal-hal yang memiliki akar indrawi, artinya pengetahuan kita sejatinya hanya diperoleh melalui pengalaman-pengalaman empiris semata.

Apa buktinya pengetahuan kita hanya terbatas pada indera saja? Misalnya, apakah manusia bisa sampai pada Tuhan dengan akal semata? Dengan pengalaman semata? Jawabannya tidak bisa. Coba lihat Nabi Ibrahim, ia bersusah payah mencari Tuhan, tetapi toh tidak ketemu. Baru setelah mendapat waktu, Tuhan baru nampak jelas dihadapannya.

Ini sekaligus menjadi alasan kenapa Tuhan tidak mungkin dibuktikan, apalagi diperdebatkan. Sebab utamanya karena pengetahuan manusia tentang Tuhan murni berasal dari wahyu, dari situlah manusia banyak menafsirkan melalui akal pikirannya bahwa wahyu yang dipahami itu tampak logis dan rasional, ini berlaku untuk semua penganut agama tanpa terkecuali.

Semua orang yang meyakini Tuhan pasti memiliki alasan tersendiri untuk membuktikan keberadaan dan kebenarannya. Namun alasan-alasan itu hanya mungkin bila dipahami melalui wahyu. Sehingga perdebatan soal Tuhan dan iman, adalah ketidakmungkinan dan tentu saja tidak perlu.

Orang-orang yang membuktikan bahwa akidahnya paling benar sebetulnya ia tidak sedang membuktikan kebenaran agamanya, tetapi justru itu mempertegas iman yang ia anut. Bahwa setiap orang beriman memerlukan justifikasi rasional untuk membenarkan imannya.

Kebenaran tentang Tuhan, iman, dan agama adalah kebenaran yang bersifat subjektif. Ia hanya benar menurut penganutnya dan tidak mungkin benar menurut penganut lain. Inilah jati diri kebenaran semua agama. Sehingga sangat mustahil memperdebatkan sebuah kebenaran yang bersifat subjektif.

Kebenaran subjektif selalu saja bersifat tetap dan tidak berubah, ia diakui dan dipercaya sebagai bentuk dogmatisme. Inilah perbedaan kebenaran subjektif dan kebenaran objektif.

Kebenaran objektif memungkinkan dilakukan penelitian, pengujian, dan pengamatan secara langsung, sehingga akan menghasilkan pengetahuan yang pasti, kendati pengetahuan pasti ini sewaktu-waktu bisa berubah bila ada penemuan-penemuan baru. Inilah yang tidak terjadi dalam agama, karena agama meyakini kebenaran yang tetap dan tidak berubah.

Saya sekali lagi ingin menegaskan bahwa perdebatan tentang Tuhan dan segala dimensinya, bukan hanya tidak perlu, tetapi memang tidak mungkin dilakukan. Memaksakan perdebatan hanya akan menambah beban agama itu sendiri. Sehingga hal-hal yang berbau gaib, sebaiknya dihindari saja.

Lebih baik kita bicara dan berdebat tentang unsur-unsur kemanusiaan dalam agama, di samping itu sangat relevan, juga sangat mungkin dilakukan. Isu-isu kemanusiaan justru lebih bernilai dan bermanfaat daripada sekedar memperdebatkan sesuatu yang tidak bisa dilihat.

Malahan, mendudukkan agama dan ketuhanan pada dimensi kemanusiaan menjadi sesuatu yang perlu dilakukan. Mengingat sekarang ini dunia sedang dilanda krisis kemanusiaan yang sangat akut, perang antar negara, krisis iklim, krisis pengungsi dan imigran, terorisme, dsb. Semua itu adalah isu penting yang perlu menjadi perhatian serius bagi segenap umat beragama. Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap eksistensi Tuhan, isu kemanusiaan kiranya lebih penting menjadi topik pembincangan dan perdebatan mengingat ini sangat mendesak dilakukan.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *