Pada tataran ide, humanitarian Islam merupakan kelanjutan dari gagasan yang dulu pernah dikembangkan oleh Gus Dur melalui konsep pribumisasi Islam. Dari situlah PBNU kemudian mengembangkan gagasan humanitarian Islam dengan memadukan berbagai khazanah pemikiran, seperti fikih peradaban dan nilai-nilai kemanusiaan universal.
Humanitarian Islam bisa diterjemahkan sebagai Islam kemanusiaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sebagai asas bagi perilaku hidup bersama.
Humanitarian Islam juga bukan sebentuk humanisme ala Barat yang sangat bercorak sekularistik. Justru, humanitarian Islam ingin menjadikan agama sebagai nilai universal yang dapat menjadi jembatan penghubung bagi berbagai konflik dan tantangan global.
Sebagai sebuah pendekatan, humanitarian Islam ingin menggali nilai-nilai kemanusiaan di dalam agama Islam, bukan dalam pengertian melihat manusia dari perspektif Islam, atau agar semua manusia dapat hidup sesuai dengan nilai-nilai Islam. Tetapi, memahami Islam dadi sudut pandang kemanusiaan dan menggali dasar moralitas kemanusiaan yang ada dalam Islam.
Dengan kata lain, humanitarian Islam ingin mendorong agar Islam kemanusiaan dapat menjadi panduan untuk berperilaku, terutama dapat menjadi solusi bagi berbagai masalah kemasalah kemanusiaan, baik di level nasional maupun global.
Sebagaimana telah banyak diketahui, berbagai masalah dan krisis global banyak berasal dari kesalahan manusia atau ketidakmampuan manusia dalam memahami nilai-nilai kemanusiaannya.
Kita ambil contoh misalnya krisis pangan, krisis iklim, krisis imigran di berbagai negara, maraknya terorisme, perang antar negara, semua itu bermuara pada krisis nilai-nilai kemanusiaan.
Perang antara Rusia dan Ukraina, Israel dan Palestina, dsb merupakan salah satu bentuk krisis identitas dan kemanusiaan yang sangat besar. Kita patut bertanya, ke mana nilai kemanusiaan kita sehingga konflik itu bisa meledak begitu besar dan berdampak buruk bagi dunia?
Ini belum termasuk bagaimana Amerika sangat berpengaruh dan berperan bagi banyak konflik yang terjadi di Timur Tengah. Standard ganda yang seringkali ditunjukkan oleh negara-negara Barat terhadap Timur Tengah sering dianggap pula bahwa Barat sendiri sebenarnya sedang mengalami krisis kemanusiaan, sebagaimana dikatakan oleh Presiden Turki, Erdogan, ketika menyikapi konflik Israel-Palestina, ia mengatakan bahwa seluruh peradaban dan nilai-nilai Barat sedang sekarat di Palestina.
Konflik politik yang berkelanjutan, menguatkannya berbagai identitas, dan berbagai krisis global telah melahirkan krisis kemanusiaan yang akut di mana seolah banyak negara dan agama telah kehilangan jati dirinya dalam yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Bahkan, humanisme yang digadang-gadang oleh Barat sebagai nilai kemanusiaan universal yang dapat menjadi rujukan bagi berbagai masalah kemanusiaan, juga sedang mengalami sekarat.
Untuk berbagai problem kemanusiaan itulah, humanitarian Islam hadir sebagai solusi bagi berbagai masalah yang terjadi baik di level nasional maupun internasional.
Inti dari humanitarian Islam adalah ingin menggali nilai-nilai kemanusiaan universal dalam Islam, seperti keadilan, kebajikan, kasih sayang, dsb sehingga dapat menjadi peredam sekaligus agar dapat menghentikan berbagai konflik itu.
Sebab, krisis kemanusiaan hanya bisa diatasi dengan menghadirkan nilai kemanusiaan yang memadai. Ketika dunia sedang dilanda oleh berbagai konflik identitas dan ideologi, maka hanya paradigma kemanusiaan sajalah yang dapat menjadi solusinya.
Oleh karenanya, humanitarian Islam sebagai tawaran Islam dalam membangun dan mendorong terwujudnya manusia yang adil dan damai, sudah sepatutnya dipertimbangkan menjadi jalan tengah bagi banyaknya konflik dan masalah-masalah global.
Pingback: Menteri Agama Luncurkan Institute for Humanitarian Islam sebagai Upaya Menebar Nilai Kemanusiaan di Dunia - Islamadina