Oleh: Husein Muhammad
Sejarah Indonesia/Nusantara adalah sejarah para santri. Makna santri adalah orang-orang yang belajar agama dan al Akhlaq al Karimah. Jauh sebelum Indonesia merdeka tahun 1945 para santri telah hadir di negeri ini untuk mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan, persatuan, persaudaraan, perdamaian dan kasih sayang. Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dan yang sampai hari ini merupakan negara yang paling damai.
Para santri sangat mengerti makna Islam. Ia adalah damai dan aman. Mereka menyampaikan hadits Nabi. Ketika Nabi di tanya siapakah muslim itu? Beliau menjawab orang muslim adalah orang yang keberadaannya membuat orang orang di sekitarnya merasa aman dari gangguan lidah dan tangannya.
Nabi kemudian mengatakan :
افشوا السلام على من عرفت ومن لم تعرف
Sebarkan salam damai dan keselamatan kepada orang yang kamu kenal maupun yang tidak kamu kenal.
Amatlah mengesankan bahwa para Kiyai pengasuh pesantren yang berkumpul dalam perhelatan akbar dan puncak: Muktamar NU 1984 di Situbondo, telah menghasilkan keputusan keagamaan yang bersejarah. Mereka menerima Pancasila sebagai ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan status final. Penerimaan NU atas Pancasila benar-benar dipikirkan oleh NU secara matang, mendalam dan atas dasar legitimasi teks-teks keagamaan.
Para ulama dan para santri adalah komunitas keagamaan dan kemasyarakatan selalu hadir dan tampil mengambil peran yang menentukan pada setiap momen penting dan genting di negara ini. Tahun 1945 saat negara ini mendeklarasikan atau memproklamirkan kemerdekaannya, seorang santri brilian Kiai Abdul Wahid Hasyim putra guru para kiai Hadratussyeikh Hasyim Asyari adalah salah seorang dari 9 anggota BPUPKI. Dan hadratussyeikh Kiai Hasyim Asyari menjadi orang yang memutuskan dihapuskannya 7 kata dalam sila pertama Pancasila yang menjadi dasar negara Republik Indonesia, sesudah mengalami perdebatan panjang mengenainya.
Dalam argumennya atas pandangannya tersebut beliau menyampaikan ayat suci al Qur’an :
واعتصموا بحبل الله جمبعا ولا تفرقوا الاية
Bersatulah dan berpegang teguhlah kalian dibawah Panji/prinsip Tauhid dan jangan bermusuhan.
Fatwa Jihad
Tanggal 22 Oktober dipilih sebagai Hari Santri Nasional dikarenakan pada hari tersebut, Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama yang dipimpin oleh Hadratusyekh KH Hasyim Asy’ari dicetuskan sebagai upaya untuk mengobarkan semangat para pejuangan yang mempertahankan NKRI dari Belanda yang diboncengi oleh NICA, yang kembali datang ke Indonesia pada bulan Oktober 1945, padahal Indonesia sendiri telah memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.

