Diskripsi Masalah
Di zaman sekarang Pergaulan Muda Mudi kerap kali tak terkendali, sampai-sampai si Bunga berhubungan dengan si A laki-laki rekan kerjanya, karena kedua belah pihak suka sama suka akhirnya si bunga hamil di luar nikah (Naudzubillah) sehingga keluarga Bunga menuntut si A dan si A menolak untuk menikainya. Karena ketakutan diancam oleh keluarga Bunga akan dilaporkan ke polisi akhirnya si A menerima untuk menikahi Bunga.
Pertanyaan
- Bagaimana status pernikahan si bunga dan si A
Jawabanya: Sah tapi makruh, dengan pertimbangan:
- Pelaku sudah tau konskuensinya bahwa kalau melakukan zina, dan terjadi hamil pasti akan dipaksa menikahinya.
- Si Bunga termasuk mazlumat jika sampai tidak dinikahi
- Pernikahan ini termasuk pernikahan yang dipaksa dengan alasan yang haq
Referensi:
- (AL BAJURI Hal : 100)
- (BUGHYATUL MUSTARSYIDIN Hal: 201),
- (ROUDLOTUTTOLIBIN Jus 3 Hal. 30),
- (MAJMUK SYARAH MUHADZAB Jus 242).
- Bagaimana status anak yang dilahirkan oleh si Bunga apakah bisa intisab ke A
Jawaban :
Bisa diintisab dengan catatan jarak kelahiran anak tersebut 6 bulan lebih sedikit dan mungkinnya hubungan keduanya setelah aqad nikah.
Referensi
- HGOYATUL TALKHIS BIHAMISYI BUHGYATUL MUSYTARSYIDIN Hal: 242
- Seandainya bunga menikah dengan laki-laki lain maka anaknya diintisabkan pada siapa?
Jawaban:
- Tidak bisa diintisab dengan suaminya dohir batin dengan catatan anak lahir kurang dari 6 bulan setelah akad nikah
- diintisab secara dohir dan secara hukum tetap mendapatkan hak seperti warisan dll, namun harus menafikannya dari intisab ketika anak tersebut lahih lebih dari 6 bulan. Namun suami yakin atau punya persangkaan kuat bahwa itu bukan anaknya. Dengan gambaran dia tidak melakukan hubungan setelah akad nikah.
- Intisab pada suami secara dohir tetapi tidak harus menafikannya Ketika dia punya persangkaan yang tidak kuat bahwa itu adalah anaknya
- Intisab pada suaminya dan haram menafikannya bahkan dosa besar, ketika anak tersebut lahir 6 bulan lebih dari akad nikah dan mungkinnya hubungan.
Referensi: BUGHYATUL MUSYTARSYIDIN Hal; 236
Catatan: dalam KHI pasal 99 dinyatakan bahwa ada 2 pengertian anak syah:
- Anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang syah
- Anak hasil pembuahan suami istri yang sah di luar rahim dan dilahirkan oleh istri tersebut
(Panitia FMPP)
بُغْيَةُ الْمُسْتَرْشِدِيْنِ ص: 235
(مسئلة ي ش) نَكَحَ حَامِلاً مِنَ الزِّنَا فَوَلَدَتْ كَامِلاً كَانَ لَهُ أَرْبَعَةُ أَحْوَالٍ إِمَّا مُنْتَفٍ عَنِ الزَّوْجِ ظَاهِرًا
وَباَطِنًا مِنْ غَيْرِ مُلاَعَنَةٍ وَهُوَ المَوْلُوْدُ لِدُوْنِ سِتَّةِ أَشْهُرٍ مِنْ إِمْكَانِ الإِجْتِمَاعِ بَعْدَ الْعَقْدِ أَوْ لِأَكْثَرَ مِنْ أَرْبِعِ سِنِيْنَ مِنْ آخِرِ إِمْكَانِ الإِجْتِمَاعِ وَإِمَّا لاَحِقٌ بِهِ وَثَبَتَ لَهُ الأَحْكَامُ إِرْثًا وَغَيْرَهُ ظَاهِرًا وَيَلْزَمُهُ نَفْيُهُ بِأَنْ وَلَدَتْهُ لِأَكْثَرَ مِنَ السَّتَّةِ وَأَقَلَّ مِنَ الأَرْبَعِ السِّنِيْنَ وَعَلِمَ الزَّوْجُ أَوْ غَلَبَ عَلَى ظَنِّهِ أَنَّهُ لَيْسَ مِنْهُ بِأَنْ لمَ ْيَطَأْ بَعْدَ العَقْدِ وَلَمْ تَسْتَدْخِلْ مَاءَهُ أَوْ وَلَدَتْ لِدُوْنِ سِتَّةِ أَشْهُرٍ مِنْ وَطْئِهِ أَوْ لِأَكْثَرَ مِنْ أَرْبَعِ سِنِيْنَ مِنْهُ أَوْ لِأَكْثَرَ مِنْ سِتَّةِ أَشْهُرٍ بَعْدَ إِسْتِبْرَائِهِ لَهَا وَثَمَّ قَرِيْنَةٌ بِزِنَاهَا وَيَأْثَمُ بِتَرْكِ النَّفْىِ بَلْ هُوَ كَبِيْرَةٌ وَوَرَدَ أَنَّ تَرْكَهُ كُفْرٌ وَإِمَّا لَاحِقٌ بِهِ ظَاهِرًا أَيْضًا لَكِنْ لاَ يَلْزَمُهُ نَفْيُهُ إِذَا ظَنَّ أَنَّهُ لَيْسَ مِنْهُ بِلاَ غَلَبَةٍ بأن استبرأها بعد الوطء وولدت به لأكثر من ستة أشهر بعده وثم ريبة بزناها إذ الإستبراء أمارة ظاهرة على أنه ليس منه لكن يندب تركه لأن الحامل قد تحيض وَإِمَّا لاَحِقٌ بِهِ وَيَحْرُمُ نَفْيُهُ بَلْ هُوَ كَبِيْرَةٌ وَوَرَدَ أَنَّهُ كُفْرٌ إِنْ غَلَبَ عَلَى ظَنِّهِ أَنَّهُ مِنْهُ أَوْ اِسْتَوَى الأَمْرَانِ بِأَنْ وَلَدَتْهُ لِسِتَّةِ أَشْهُرٍ فَلِأَكْثَرَ إِلَى أَرْبَعِ سِنِيْنَ مِنْ وَطْئِهِ وَلَمْ يَسْتَبْرِئْهَا بَعْدَهُ أَوْ إِسْتَبْرَئَهَا وَوَلَدَتْ بَعْدَهُ بِأَقَلَّ مِنْ السِّتَّةِ بَلْ يَلْحَقُهُ بِحُكْمِ الفِرَاشِ كما لو علم زناها واحتمل كون الحمل منه أو من الزنا ولا عبرة بريبة يجدها من غير قرينة فالحاصل أن المولود على فراش الزوج لاحق به مطلقا إن أمكن كونه منه ولا ينتفى عنه إلا بلعان والنفى تارة يجب وتارة يحرم وتارة يجوز ولا عبرة بإقرار المرأة بالزنا وإن صدقها الزوج وظهرت أمارته
الفتاوى الهندية (11/ 304(
وَلَوْ زَنَى بِامْرَأَةٍ فَحَمَلَتْ ، ثُمَّ تَزَوَّجَهَا فَوَلَدَتْ إنْ جَاءَتْ بِهِ لِسِتَّةِ أَشْهُرٍ فَصَاعِدًا ثَبَتَ نَسَبُهُ ، وَإِنْ جَاءَتْ بِهِ لِأَقَلَّ مِنْ سِتَّةِ أَشْهُرٍ لَمْ يَثْبُتْ نَسَبُهُ إلَّا أَنْ يَدَّعِيَهُ وَلَمْ يَقُلْ : إنَّهُ مِنْ الزِّنَا أَمَّا إنْ قَالَ : إنَّهُ مِنِّي مِنْ الزِّنَا فَلَا يَثْبُتُ نَسَبُهُ وَلَا يَرِثُ مِنْهُ كَذَا فِي الْيَنَابِيعِ .
(Panitia FMPP)
Sumber: Keputusan hasil Bahtsul Masail FMPP ke-4 RMI NU Lampung Timur di Pondok Pesantren Darul Hidayah Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur, Senin-Selasa, 2-3 September 2024