Gus Yahya Tegaskan Peran NU dalam Menjaga Keberlanjutan Pesantren di Indonesia
nu.or.id

Gus Yahya Tegaskan Peran NU dalam Menjaga Keberlanjutan Pesantren di Indonesia

Islamadina.org – Sebagai lembaga keagamaan, pesantren telah banyak berkontribusi dalam melahirkan kader-kader ulama di sepanjang sejarah perjalanan Indonesia. Hal ini tidak lepas dari peran NU di dalamnya, di mana NU sebagai organisasi keagamaan tradisional tumbuh mengiringi perkembangan dan keberlanjutan pesantren di Indonesia.

Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Ketum PBNU, Gus Yahya, beliau menegaskan pentingnya keberlanjutan dalam pesantren dan peran Nahdlatul Ulama dalam memperkenalkan konsep ini.

Menurutnya Gus Yahya sebagaimana dilansir dari NU Online, gagasan tentang keberlanjutan pesantren muncul seiring dengan berdirinya NU, yang membawa perubahan besar dalam cara para ulama memandang lembaga pesantren sebagai institusi yang harus bertahan dan terus berkembang.

“Saya menduga aspirasi tentang sustainability–pesantren–muncul gara-gara didirikannya Nahdlatul Ulama,” ujar Gus Yahya saat menyampaikan pidato kunci pada Simposium Pesantren 2024 Strategi Penguatan Pesantren Sebagai Pilar Masa Depan di Auditorium Mandiri Lantai 4 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Universitas Gadjah Mada), Selasa (8/10/2024).

“Karena persis dengan jamiyah itulah gagasan tentang sustainability itu diperkenalkan bahwa para ulama itu semestinya memiliki cita-cita jauh ke depan untuk itu diperlukan satu model dan kendaraan perjuangan yang sustainable maka didirikanlah organisasi namanya Nahdlatul Ulama,” lanjutnya.

Gus Yahya menjelaskan bahwa pesantren awalnya merupakan bagian dari konstruksi sosial budaya masyarakat komunal Nusantara. Pesantren mulai muncul sebagai tempat yang menyerap para pendakwah Islam dan menjadi pusat kepemimpinan komunitas lokal.

Dari sana, pesantren berkembang menjadi lingkaran studi akademik tentang agama, dengan fokus pada aktivisme spiritualitas yang sangat kuat. Generasi kiai pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 dikenal tidak hanya karena kapasitas intelektualnya, tetapi juga kemampuan spiritualnya yang legendaris.

“Banyak kita dengan riwayat legenda dengan kesaktian yang luar biasa yang sebetulnya ini masih turun-temurun. Saya melihat fenomena ini sampai sekurang-kurangnya ke generasi ayah saya,” ucapnya.

Namun demikian, perkembangan sejarah pesantren juga melangalami pasang surut. Hal ini salah satunya disebabkan oleh kurangnya managemen pengembangan pesantren yang baik. Terutama terjadi pada aspek keberlanjutan, di mana pesantren banyak mengalami timbul tenggelam.

Sedang lahirnya NU, pesantren mulai menata diri menjadi lembaga keilmuan agama dan pencetak kader-kader ulama yang makin solid. Di sini, NU memiliki peranan besar dalam hal keberlanjutan pesantren. Sebab, NU sendiri didirikan dan dipelihara oleh para ulama yang kebanyakan memiliki pesantren, sehingga posisi NU dalam pengembangan pesantren sangatlah penting dan strategis.

Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Gus Yahya bahwa gagasan keberlanjutan baru mulai menjadi perhatian serius setelah berdirinya Nahdlatul Ulama. Gus Yahya menjelaskan bahwa dengan hadirnya NU, para kiai mulai menyeriusi tentang masa depan pesantren.

Dengan berkembangnya organisasi NU, kiai mulai serius mendidik anak-anak mereka agar dapat melanjutkan kepemimpinan. Ini dimulai setelah masa kemerdekaan, ketika tantangan yang dihadapi oleh pesantren dan umat Islam semakin besar.

“Sekitar sesudah kemerdekaan ini dimulai. Ketika zaman berkembang lalu ada tantangan yang lebih besar, muncul juga kepentingan untuk memberikan nilai lebih bagi generasi penerusnya,” paparnya.

Selain itu, Gus Yahya menekankan bahwa pesantren memiliki peran krusial dalam mengarahkan komunitas di sekitarnya. Meskipun intensitas hubungan antara pesantren dan komunitas berbeda dengan pesantren di masa lalu, kualitas dan karakteristik pesantren sebagai pusat pendidikan agama dan spiritualitas masih sangat relevan hingga saat ini.

Oleh karenanya, gagasan keberlanjutan ini harus terus ditanamkan dan dikembangan bukan hanya oleh lembaga pesantren sendiri, tetapi juga NU terlibat di dalamnya. Sehingga kolaborasi antara lembaga pesantren dan organisasi NU bisa saling bahu membahu dan bekerja sama untuk mewujudkan cita-cita Islam Indonesia.

Sumber: NU Online

Islamadina.org – News

Editor: Rohmatul Izad

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *