Dalam literatur Islam klasik, Nabi Muhammad Saw. tercatat lahir pada tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun gajah, tepat pada tahun tahun 570 M. Beliau menerima wahyu pada usia 40 tahun. Setalah tiga belas tahun dakwah di Makah, Nabi hijrah ke Madinah. Setelah sukses dalam dakwahnya di Madinah selama sepuluh tahun, beliau meninggal pada tahun 632 M dalam usia 63 tahun. Dalam kisah detail biografi Nabi Muhammad memang terdapat beberapa perbedaan pendapat, tetapi garis besar atau kronologi ini banyak disepakati.
Bila membincang diskursus historis tentang penulisan sejarah biografi Nabi, kita boleh bertanya dari mana kita tahu bahwa cerita narasi biografi Nabi di atas memang benar demikian? Benarkah Nabi lahir pada tanggal 12 Rabi’ul Awal? Bukti sejarah apa yang dapat kita jadikan rujukan yang meyakinkan tentang biografi Nabi?
Dalam ilmu kesejarahan, pertanyaan-pertanyaan di atas sah diajukan bila bertujuan untuk menggali fakta-fakta sejarah seputar kebenaran biografi Nabi, bukan dimaksudkan untuk meragukan kelahiran Nabi sendiri, tetapi lebih pada upaya menelusuri figur Nabi secara historis, dan bukan figur Nabi sebagai mitos. Pada titik ini, alangkah baiknya kita mulai menelusuri kitab-kitab paling awal yang membicarakan tentang biografi Nabi.
Karena ruang di dalam tulisan ini sangat terbatas, dan agar lebih fokus, maka penulis hanya akan mengkaji soal biografi Nabi Muhammad pada aspek kelahirannya saja, bukan meluas pada kehidupan Nabi dalam proses kesejarahan yang panjang.
Kitab Biografi Nabi Paling Awal
Bila kita bertanya, seberapa yakinkah kita bahwa Nabi lahir pada 12 Rabi’ul Awal? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu menelurusi kitab-kitab sejarah paling awal yang menulis tentang biografi Nabi. Ini penting dilakukan lantaran hanya kitab sejarahlah yang paling dapat dijadikan rujukan dalam menelusuri fakta-fakta historis Nabi dan bukan kitab yang lainnya.
Namun persoalannya adalah kita ternyata tidak punya kitab-kitab sejarah yang benar-benar bisa memberikan jawaban yang meyakinkan tentang kapan sesungguhnya Nabi Muhammad lahir.
Kitab biografi Nabi yang paling awal ditulis oleh Ibn Ishaq (w.767), yang hidup lebih dari seratus tahun setelah Nabi wafat. Kitab Ibn Ishaq pun sebenarnya tidak bisa dilacak secara langsung, melainkan sudah hasil suntingan oleh Ibn Hisyam (w.836) yang hidup di awal abad ke-9.
Bila merujuk pada ilmu sejarah, kitab Ibn Ishaq yang disunting oleh Ibn Hisyam jauh berabad-abad setelah Nabi wafat tidaklah dapat dijadikan rujukan historis memadai untuk menetapkan biografi Nabi. Mengapa demikian? Karena kitab itu ditulis jauh setelah peristiwa yang direkammnya, sehingga ia tidak dapat dijadikan rujukan terhadap data-data sejarah.
Lalu, apakah dengan demikian narasi sejarah tantang biografi Nabi yang selama ini berkembang di kalangan umat Islam patut diragukan? Adakah sumber lain yang lebih meyakinkan? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu menganalisis satu peristiwa penting yang dianggap mengiringi lahirnya Nabi Muhammad, yakni merujuk pada peristiwa penyerangan tentara Abrahah dari Yaman ke kota Makah.
“Tahun Gajah”
Sesungguhnya, kitab-kitab paling awal seputar biografi Nabi tidaklah menunjukkan tahun berapa Nabi dilahirkan, kecuali disebut dengan “tahun gajah”. Dengan melihat catatan ini, kita patut bertanya, kapan tahun gajah itu terjadi? Benarkah Nabi lahir pada tahun gajah tersebut? Sebagaimana telah disinggung di atas, tahun gajah merupakan peristiwa bersejarah tentang penyerbuan tentara Abrahah ke kota Makah untuk menghancurkan Ka’bah.
Dalam catatan Mun’im Sirry, peristiwa penyerbuan itu dikaitkan dengan al-Qur’an surat al-Fil (surat gajah). Setelah berhasil membangun katedral di San’a, Yaman, Abrahah berambisi menjadikan katedral itu sebagai pusat ziarah bagi seluruh orang Arab. Namun kenyataannya, katedralnya masih kalah populer dengan Ka’bah, yang menjadi tempat patung-patung sembahan banyak suku Arab.
Agar ambisi Abrahah terpenuhi, tidak ada cara lain kecuali menghancurkan Ka’bah itu sendiri. Namun ketika pasukan Abrahah mendekati Makah, kekonyong-konyong pasukan bergajah tersebut diserang oleh burung-burung yang menghujani mereka dengan batu hingga tentara Abrahah kocar-kacir tidak karuan.
Nah, pada momen sejarah itulah tepatnya Nabi Muhammad dilahirkan, sehingga kerap disebut lahir pada ‘am al-fil (tahun gajah). Namun demikian, persoalannya segera muncul bila kita menyadari bahwa ternyata kitab-kitab yang mencatat kelahiran Nabi pada tahun gajah ditulis bekalangan jauh setelah Nabi wafat.
Pertanyaannya, sahihkah kitab-kitab itu dalam mencatat biografi Nabi? Bila kita berbaik sangka dengan mengatakan bahwa kitab-kitab itu mengandung kebenaran yang meyakinkan karena ditramisikan melalui metode periwayatan dengan memilah-milah mana cerita yang sahih dan mana yang tidak, maka kita akan segera menghadapi masalah yang lebih rumit, yakni temuan sumber-sumber dokumenter tentang penyerangan tentara penunggang gajah itu ternyata tidak mengkonfirmasi nomenklatur muslim.
Beberapa tulisan prasasti yang ditemukan di sumur Meraighan, Yaman, mengindikasikan penyerangan Abrahah terjadi pada 552 M. Hal itu berarti perisriwa penyerangan tentara bergajah terjadi sekitar dua puluh tahun sebelum Nabi Muhammad dilahirkan. Juga, kronika Yunani yang ditulis oleh Prokopios menyebutkan, tahun gajah itu terjadi pada 552 M. Banyak hasil penelitian tentang sumber-sumber pra-Islam cenderung membenarkan bahwa penyerangan itu terjadi sekitar 550-an.
Antara Narasi Historis dan Non-Historis
Bila bukti sejarah menunjukkan bahwa peristiwa penyerangan tentara Abrahah itu berpuluh-puluh tahun sebelum Nabi lahir, pertanyaannya, kenapa para penulis muslim menyebut kelahiran Nabi pada tahun gajah? Boleh jadi, peristiwa ajaib itu paling mudah diingat oleh orang-orang Arab.
Kisah tentang kegagalan tentara bergajah memang sangat menakjubkan. Dan kelahiran Nabi yang agung diasosiasikan dengan peristiwa agung pula. Juga, boleh jadi bukan karena bersifat historis, namun upaya mengidealkan Nabi. Artinya, Nabi yang agung dilahirkan pada tahun yang agung pula.
Fakta ini dapat menggiring kita pada suatu kesimpulan bahwa penetapan tahun kelahiran Nabi sesungguhnya tidak didasarkan pada data historis. Ini sebagai contoh bagaimana catatan penulisan biografi seorang figur idola kerap dibangun di atas narasi-narasi non-historis yang dimaksudkan untuk tujuan-tujuan glorifikasi atau memuliakan idola yang agung.
Kaitan tahun kelahiran Nabi dengan surat al-Fil merupakan salah satu contoh bagaimana suatu episode dalam kehidupan Nabi dinarasikan sedemikian rupa supaya serasi dengan peristiwa mukjizat dalam al-Qur’an.
Sesungguhnya dalam surat al-Fil sama sekali tidak ada indikasi yang menunjukkan bahwa kisah yang melibatkan orang-orang penunggang gajah itu terkait dengan peristiwa tertentu di zaman Nabi. Adalah para penafsir yang mengaitkan surat itu dengan tahun kelahiran Nabi. Bagi muslim awal, kisah dalam surat al-Fil sangatlah agung yang memperlihatkan mukjizat Ilahi.
Selain itu, kita juga bisa menganalisis dalam konteks geografi Arabia dan penggunaan gajah. Tidak ada catatan dalam sejarah di mana gajah digunakan dalam peperangan. Di Sasanid Persia, gajah sering digunakan dalam peperangan. Hal serupa tidak dikenal di jazirah Arabia.
Dengan menganalisis beberapa aspek sejarah yang mengiringi kisah kelahiran Nabi, kita patut bertanya, masih yakinkah kita bahwa Nabi benar-benar lahir pada 12 Rabi’ul Awal? Saya sendiri tidak tahu. Tapi bagi kita sebagai muslim yang hidup di zaman modern, kapanpun Nabi Muhammad lahir, maka momen kelahiraannya akan tetap menjadi agung.
Betapapun analisis sejarah banyak menunjukkan berbagai kontradiksi seputar penulisan biografi Nabi yang tampak seperti mitos ketimbang narasi sejarah, hal ini tidak sedikit pun mengurangi keyakinan kita terhadap sosok agung baginda Nabi Muhammad Saw. Kapanpun beliau lahir, kelahiran beliau patut dirayakan dengan riang gembira dan mari kita tetap bershalawat atas junjungan Nabi agung Muhammad Saw. Begitu pula, peringatan maulid Nabi yang telah menjadi tradisi tidak akan berkurang nilainya maupun khidmatnya.
***
Tulisan ini merupakan saduran dari karya Mun’im Sirry berjudul “Islam Revisionis: Kontestasi Agama Zaman Radikal”, terbitan Suka Press, 2018.

